Perekonomian Prancis sedang dalam bahaya. Lembaga pemeringkat internasional, Moody's, telah menurunkan peringkat kredit Prancis menjadi "Aa3" dari "Aa2." Selain itu, lembaga tersebut merevisi prospeknya dari "stabil" menjadi "negatif."

Keputusan ini dibuat sebelum situasi yang diantisipasi memburuk di tengah fragmentasi politik. Keuangan publik Prancis diprediksi akan semakin memburuk secara signifikan. Moody's menilai kemungkinan pengurangan defisit anggaran yang stabil sebagai "sangat rendah". Lembaga tersebut percaya bahwa pemerintahan Prancis yang baru tidak mungkin mencapai kemajuan apa pun dalam masalah ini. Sementara itu, defisit anggaran negara diproyeksikan mencapai 6,3% dari PDB tahun depan.

Dalam skenario saat ini, utang nasional Prancis dapat mengalami peningkatan yang signifikan: mungkin dapat menyentuh 120% dari PDB pada tahun 2027. Tahun ini, angkanya berada di angka 113,3%.

Awal Desember ini, parlemen negara tersebut mengeluarkan mosi tidak percaya kepada kabinet Perdana Menteri Michel Barnier, setelah ia berupaya meloloskan bagian sosial dari anggaran negara 2025 tanpa persetujuan parlemen. Laporan telah mengindikasikan kesulitan dengan anggaran Prancis. Para menteri berusaha untuk mengisinya kembali dengan kenaikan pajak. Setelah ini, Presiden Emmanuel Macron segera mencari perdana menteri baru, menunjuk François Bayrou, pemimpin partai Gerakan Demokratik yang berhaluan tengah. Namun, para pembuat kebijakan sayap kiri, yang memegang mayoritas di Majelis Nasional, tidak senang dengan pengangkatan tersebut. Mereka siap untuk memaksa pengunduran diri perdana menteri yang baru diangkat.