Kesan awal menipu. Para investor tidak langsung percaya bahwa pemotongan produksi minyak oleh Rusia dan Arab Saudi akan menyebabkan kenaikan harga berjangka. Awalnya, langkah ini dipandang sebagai permainan yang dimainkan oleh para produsen terkemuka, tetapi kami tidak dapat menghindari kebenarannya. Upaya bersama Moskow dan Riyadh mendorong harga Brent ke level tertinggi sejak April. Nilai minyak Timur Tengah Dubai naik lebih pesat, membuat spread-nya dengan mitra Laut Utara menjadi negatif. Pada awal tahun, ada perbincangan tentang premi $3 per barel. Hal ini membuat pembelian Brent lebih menguntungkan bagi klien Asia dan dapat berdampak pada Rusia.

Spread Brent dan Dubai

Sama menipunya adalah kesan awal dari penurunan impor Tiongkok bulan Juli dalam dolar sebesar 12,4% dan ekspor sebesar 14,5%. Angka sebenarnya jauh dari prakiraan para pakar Bloomberg, memicu gelombang kekhawatiran selanjutnya atas masa depan ekonomi Tiongkok dan global. Untuk minyak, ini menandakan permintaan yang lebih lemah, dikonfirmasi oleh penurunan pengiriman ke Tiongkok sebesar 18,8% dibandingkan bulan sebelumnya, turun menjadi 10,29 juta barel per hari. Namun, jika mempertimbangkan tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 17% dan fakta bahwa impor bulan Juni merupakan yang tertinggi kedua dalam sejarah, penjualan Brent mungkin tampak berlebihan.

Terutama karena situasi pasar minyak di Tiongkok berada di jalur yang membaik pada paruh kedua tahun ini. Puncak musim konstruksi jatuh pada bulan September, dan peningkatan perjalanan selama musim panas akan meningkatkan permintaan bensin dan solar. Faktor-faktor ini memungkinkan kami untuk melihat penurunan Brent sebagai fenomena sementara dan terus mengikuti strategi membeli kelas Laut Utara saat pullback.

Ekspor dan impor Tiongkok

Pasar didorong oleh ekspektasi, sehingga prospek jangka menengah untuk minyak terus terlihat bullish. Namun, cakrawala investasi jangka panjang adalah hal yang berbeda. Kenaikan pesat Brent dan WTI selama 6 minggu terakhir meningkatkan risiko percepatan inflasi AS. Hal ini akan mendorong Federal Reserve untuk melanjutkan siklus pengetatan moneter pada tahun 2023 nanti. Akibatnya, risiko resesi ekonomi AS akan meningkat, yang merupakan berita buruk bagi permintaan minyak global.

Meskipun demikian, untuk saat ini, pembeli kelas Laut Utara memiliki sedikit alasan untuk khawatir. Perekonomian AS tetap kokoh, The Fed mendekati akhir dari siklus pengetatan moneternya, dan Tiongkok tidak seburuk yang terlihat pada pandangan pertama. Ketika Anda menambahkan pengurangan produksi Rusia dan Arab Saudi ke latar belakang makroekonomi yang positif, jelas bahwa kenaikan mendominasi pasar. Nah, biarkan mereka menikmati kesuksesan mereka.

Secara teknis, kita tidak perlu meragukan keberlanjutan pergerakan naik Brent. Penurunan kuotasi menuju moving average yang diikuti oleh rebound dari sana harus digunakan untuk membentuk posisi long. Level target untuk posisi long tetap di $89 dan $92 per barel.