Harga emas meningkat kemarin, terlepas dari meningkatnya Dolar AS dan imbal hasil obligasi pemerintah AS. Beberapa ahli percaya bahwa hal ini akan membawa kejutan menyenangkan lebih dari sekali di tahun 2022.

Pada hari Selasa, harga logam mulia ditutup lebih tinggi terlepas dari alasan-alasan yang sudah disebutkan di atas. Indeks dolar meningkat 0,1% terhadap pesaing-pesaing utamanya. Indikatornya mencapai 96,286 poin.

Pertumbuhan Dolar AS difasilitasi oleh dinamika sekuritas utang AS yang cepat. Kemarin, imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 2 tahun mencapai level tertinggi dalam 22 bulan dan berjumlah mencapai 0,796%. Penguatan ekspektasi kebijakan Fed yang lebih agresif bertindak sebagai dukungan.

Pada tanggal 4 Januari, CEO Federal Reserve Bank of Minneapolis, Neel Kashkari, mengatakan bahwa tingkat pertumbuhan harga di Amerika Serikat melampaui perkiraan dan bahwa percepatan inflasi lebih lama dari yang diperkirakan para ekonom. Dalam hal ini, pejabat tersebut percaya bahwa Bank Sentral Amerika akan menaikkan suku bunga tahun ini dua kali, dan tidak tiga kali.

Komentar hawkish memberi tekanan pada kuotasi emas. Namun, aset kuning tersebut menemukan dukungan yang kuat dari data ekonomi.

Institute for Supply Management merilis laporan tentang tingkat aktivitas bisnis di sektor manufaktur AS pada hari Selasa. Berdasarkan statistik tersebut, PMI pada bulan Desember turun menjadi 58,7 dari 61,1 yang tercatat pada bulan sebelumnya. Hal ini merupakan tingkat pertumbuhan terendah dalam hampir setahun. Para ekonom memperkirakan indikatornya akan menjadi 60.

Menurut para analis, perlambatan aktivitas bisnis AS memprovokasi ketegangan baru Covid-19. Hal ini merupakan faktor yang sangat menguntungkan bagi emas, yang secara tradisional dianggap oleh investor sebagai aset safe haven.

Sementara itu, infeksi Omicron terus meningkat di Amerika. Rekor lain dilaporkan pada awal pekan: angkanya mencapai 1.083.948 kasus baru, Universitas Johns Hopkins melaporkan.

Berita coronavirus masih menjadi pemicu yang kuat untuk logam mulia ini. Emas tumbuh karena pembatasan yang lebih ketat diperkenalkan di beberapa negara karena ketegangan Omicron.

Sehingga, kemarin, emas berjangka Februari naik harga sebesar 0,8%, atau 14,50 dolar. Pada penutupan sesi, emas diperdagangkan di 1.814.60 dolar. Sebagian besar ahli percaya bahwa pada tahap ini, logam mulia mempertahankan potensi untuk naik dalam jangka pendek.

Terdapat juga opini bahwa emas akan naik di masa depan. Analis Byron Wien dan Joe Zidle yakin bahwa aset kuning tersebut akan mulai mendapatkan kembali statusnya segera setelah instrumen lindung nilai utama terhadap inflasi. Mereka menyatakan hal ini dalam artikel "10 kejutan di tahun 2022".

Menariknya, publikasi muncul setelah emas menunjukkan angka tahunan terburuk dalam 6 tahun, turun 3,6% di tahun 2021.

Perkiraan yang tak terduga untuk tahun 2022 menunjukkan bahwa para investor akan mencari perlindungan dari inflasi yang bermasalah dan lebih persisten di aset kuning. Hal ini memungkinkan emas untuk reli ke titik tertinggi baru sepanjang masa, meskipun logam akan terus bersaing dengan cryptocurrency.

B. Wien dan J. Zidle memperkirakan harga emas akan naik 20% sepanjang tahun ini. Jika skenario tersebut terjadi, emas akan diperdagangkan pada 2.160 dolar. Para ahli sendiri memperkirakan probabilitas prediksi mereka terpenuhi lebih dari 50%.