Pada hari Selasa, euro menunjukkan pergerakan yang sangat minim, serta melanjutkan trend sideways. Kemungkinan besar, karena adanya alasan kalau sikap dovish dari Federal Reserve System dan Bank Sentral Eropa, yang memaksa investor untuk mengambil sikap menunggu dan melihat di pasar. Yang pasti, tolok ukur baru diperlukan, karena data yang dirilis pada minggu ini tidak cukup untuk memicu pergerakan besar.

Pada waktu yang sama, Bank Dunia merilis proyeksi ekonominya untuk tahun 2021 dan 2022, yang mengindikasikan bahwa negara-negara maju dan berkembang akan terus bergulat dengan pandemi COVID 19, serta segala akibat dari pandemi itu. Ini akan terjadi, meskipun fakta bahwa beberapa ekonomi besar mendorong pertumbuhan global terkuat yang pernah tercatat.

Bank Dunia memperkirakan bila PDB global akan tumbuh 5,6 persen pada tahun ini, dan naik dari perkiraan 4,1 persen pada Januari. Pemicunya yaitu, pemulihan yang lebih kuat dari perkiraan di AS dan China. Pada data terbaru mengatakan keduanya tumbuh masing-masing 6,8% dan 8,5%.

Pada tahun 2022, sebagian besar negara maju diproyeksikan akan kembali ke tingkat pendapatan per kapita sebelumnya, sementara dua pertiga negara berkembang akan tetap berada di bawah tingkat sebelum krisis. Tetapi pertumbuhan ekonomi di negara-negara berpenghasilan rendah akan menjadi yang tertinggi kedua dalam 20 tahun mendatang, sekitar 3,4%.

Walaupun begitu, PDB dunia akan naik sebesar 4,3% pada tahun 2022, dan kemudian sebesar 3,1% pada tahun 2023. Sementara itu, PDB UE akan tumbuh sebesar 4,2 pada tahun 2021.

Adapun inflasi global hanya akan naik 1% pada tahun 2021, karena pertumbuhan akan tertahan oleh negara-negara yang ekonominya belum pulih dari krisis COVID 19. Pada Ekspektasi jangka panjang, juga menunjukan inflasi berkelanjutan yang rendah dan tetap stabil.

Terkait defisit perdagangan, pada bulan April telah AS mencatat penurunan tajam, dari $ 75,0 miliar menjadi $ 68,9 miliar. Argumen utamanya yaitu lonjakan ekspor sebesar 1,1% menjadi $205,0 miliar, sedangkan pada impor turun 1,4% menjadi $273,9 miliar.

Mempertimbangkan hal ini, seorang ekonom, Brian Sack, mengatakan Federal Reserve harus mulai mengurangi pembelian obligasi untuk mencegah ekonomi yang terlalu panas. Beliau mengatakan kenaikan inflasi lebih lanjut akan mempersulit The Fed untuk mencapai harga yang stabil dan lapangan kerja yang maksimal.

Seperti yg tertulis di atas, euro tetap berada di channel sideways, akan tetapi pada hari ini, pergerakan besar bisa saja terjadi jika pembeli berhasil mendorong harga di atas angka ke-22. Dengan melakukan hal ini, akan menyebabkan lonjakan menuju 1,2225 dan 1,2250, sementara penurunan di bawah 1,2155 akan menghasilkan penurunan menuju 1,2210 dan 1,2070.

GBP

Seperti euro, pound diperdagangkan sideways kemarin, sebagian karena pernyataan Kepala Ekonom Bank of England, Andy Haldane. Haldane mengatakan bahwa ketidakpastian di pasar tenaga kerja tetap "akut", sehingga bank sentral belum akan melonggarkan pembelian obligasi.

Adanya pertemuan pada hari ini mengenai masalah trading antara Inggris dan UE, Sekretaris Pers, Jen Psaki mengatakan, pemerintah Inggris tidak mengharapkan UE untuk mengubah pendekatannya pada protokol Irlandia Utara, sehingga tidak perlu membuat perubahan apapun pada situasi seperti pada saat ini.

Kembali ke pound, banyak yang bergantung pada 1,4125 pada hari ini, karena penurunan di bawahnya akan memicu penurunan besar-besaran ke 1,4085 dan 1,4040. Selain itu, penembusan di atas 1,4190 akan menyebabkan lonjakan menuju 1,4240, yang mana merupakan batas atas saluran sideways pada saat ini.