Timeframe 4 jam
Detail teknikal:
Linear regression channel atas: arah - turun.
Linear regression channel bawah: arah - naik.
Moving average (20; smoothed) - turun.
CCI: 8.1909
Pada 27 April, pound Inggris terus mengikuti moving average line, dimana dari sini harga sebelumnya rebound. Dengan demikian, penurunan belum dilanjutkan dan bar indikator Heiken Ashi terus berwarna ungu. Kami menunggu rebound dari moving average atau pergerakan melewatinya, yang akan menentukan takdir pasangan ini selama beberapa hari mendatang. Pada hari perdagangan pertama pekan ini, tidak ada perilisan makroekonomi yang penting yang dijadwalkan di Inggris dan AS. Oleh karena itu, latar belakang fundamental akan kembali diwakili oleh pidato dan komentar spontan dari para petinggi. Khususnya untuk Donald Trump, yang "mengudara" hampir setiap hari dan akun Twitternya yang selalu update setiap beberapa jam.
Sementara itu, situasi dengan virus COVID-19 membaik hanya di atas kertas. Prakteknya, hampir 3 juta kasus penyakit dan lebih dari 200.000 kematian akibat pandemi tercatat di dunia. AS masih menjadi pemimpin dalam jumlah infeksi namun tingkat kematian di Inggris terus tumbuh. Di Inggris, 154.000 kasus penyakit telah tercatat, jadi dalam beberapa hari mendatang, Inggris dapat menyusul JErman dan menempati tempat kelima di dunia dalam hal jumlah pasien. Selain itu, Inggris juga memiliki tingkat kematian yang tinggi - jauh di atas 10%, sementara ilmuwan di seluruh dunia menyimpulkan bahwa tingkat kematian rata-rata seharusnya tidak lebih dari 3-5%. Namun di Inggris, situasi semakin memburuk. Pejabat kesehatan yakin bahwa pemerintah negara benar-benar gagal dalam mempersiapkan negara untuk menghadapi epidemi dang terlalu lama menolak mempertimbangkan bahanya virus. Itulah mengapa dalam beberapa pekan mendatang, Inggris dapat menjadi tempat yang subur untuk epidemi di Eropa. Kesalahan atas apa yang terjadi ditujukan pada Boris Johnson, yang baru pulih dari virus dan akan menjalankan kembali tanggung jawabnya sebagai Perdana Menteri hari ini. Sebagian surat kabar Inggris bahkan telah melakukan investigasi untuk mencari tahu mengapa jumlah infeksi di Inggris sangat besar dan dengan tingkat kematian yang tinggi (yang juga tidak menghitung kematian diluar institusi medis). Para jurnalis menyimpulkan bahwa, pertama, Inggris tidak siap menghadapi epidemi semacam ini. Tidak ada persiapan yang dilakukan untuk kemungkinan epidemi selama bertahun-tahun dan persediaan alat pelindung diri tidak ditambah, diperbarui dan akhirnya, banyak yang telah kadaluarsa. Kedua, pemerintah Boris Johnson untuk waktu yang lama menolak menganggap serius peringatan dari ahli virus mengenai fatalnya penyakit ini dan tingkat transmisi tertingginya. Sehingga menurun para pakar, negara tersebut kehilangan sekitar lima minggu di awal.
Boris Johnson secara pribadi dituduh tidak memiliki kualitas kepemimpinan dalam masa sulit untuk negara. Dilaporkan bahwa pada awal tahun ini, ia tidak hadir dalam rapat "Cobra".
COBRA" adalah kepanjangan dari "Cabinet Office Briefing Room A" - "Room A of the Cabinet of Ministers". Ini adalah komite darurat pemerintah yang hanya bertemu saat keadaan darurat. PM Inggris sama sekali tidak menghadiri pertemuan dari komite darurat ini dan menyerahkan tanggung jawabnya kepada Matt Hancock, Menteri Kesehatan. Johnson dibela oleh Michael Gove yang mengatakan bahwa kehadiran Perdana Menteri tidak diperlukan pada rapat tersebut.
Pada waktu yang sama, menurut investigasi, pemerintah Inggris tidak mampu mencapai kesepakatan dengan asosiasi kesehatan perdagangan Inggris, yang diwakili oleh 500 produsen. Menurut asosiasi tersebut, perusahaan obat-obatan siap memproduksi dan memasok sektor kesehatan Inggris dengan jumlah alat pelindung diri dan semua alat-alat yang dibutuhkan untuk melawan epidemi, namun aplikasi untuk pengiriman mulai dipertimbangkan baru pada 1 April. Oleh karena itu, para produsen Inggris memasok produk-produk perlindungan ke negara-negara lainnya. Sumber yang dekat dengan Perdana Menteri juga melaporkan bahwa Boris Johnson tidak menghadiri rapat darurat apapun, menghabiskan banyak waktu di rumahnya dan tidak bekerja sama sekali di akhir pekan. Setelahnya, pemerintah mengakui bahwa 20.000 "kematian" akibat epidemi tidak dianggap sebagai hasil yang buruk. Dan dokter-dokter Inggris yakin bahwa Inggris akan keluar dari perlawanan terhadap epidemi dengan salah satu hasil terburuk di dunia.
Investigasi juga mengutip contoh dari banyak negara lainnya di mana virus COVID-19 ditangani dengan serius dari awal. Sebagai contoh, di Taiwan, dari awal mereka mulai menguji dan melacak semua orang yang berpotensi terinfeksi. Hasilnya, pada pertengahan April, kurang dari 50 infeksi tercatat di negara tersebut. Korea Selatan adalah contoh bagaimana anda dapat melawan pandemi tanpa memberlakukan karantina. Pemerintah negara tersebut juga langsung memulai uji massal dan melacak kontak orang-orang yang sakit. Ini mengarah pada penurunan tajam jumlah kasus dan pandemi dapat dikendalikan dengan cepat. Dan di Inggris, bersama dengan Italia, Prancis dan Spanyol, yang juga "gagal' dari awal pandemi dan persiapan menghadapinya, sekarang memetik hasil dari buah kesalahan mereka.
Dengan demikian, secara umum kesimpulan untuk Inggris tidak menyenangkan. Kami berasumsi tahun lalu bahwa Boris Johnson bukanlah kandidat terbaik untuk menjabat sebagai pimpinan negara. Sekarang, pemerintahannya-lah yang gagal mempersiapkan negara dalam melawan epidemi. Brexit memberikan ancaman "keras", menghapus seluruh upaya dari Parlemen Inggris selama tiga tahun untuk menghadang upaya dari beberapa perdana menteri menarik Inggris dari Uni Eropa tanpa perjanjian yang jelas. Tapi Johnson menemukan cara untuk mematahkan blokade parlemen dan kini menolak perpanjangan "periode transisi", dan negosiasi, meskipun terdapat konferensi video Michel Barnier dan David Frost, dapat dianggap ditunda. Dengan demikian, ekonomi Inggris telah menderita lebih dari yang lainnya, dan mengingat situasi dengan Brexit, Inggris dapat mengalami masa-masa yang sangat sulit. Nah, mari lihat apakah warga Inggris benar saat mereka memilih partai Inggris pada 13 Desember 2019, berdasarkan prinsip "mengakhiri Brexit lebih cepat."
Volatilitas rata-rata pasangan GBP/USD telah berhenti menurun dan saat ini sebesar 116 poin. Dalam 20 hari perdagangan terakhir, pasangan ini hampir setiap hari melewati 100 sampai 200 poin. Oleh karena itu, kita dapat mengatakan bahwa volatilitas kini stabil. Pada Senin 27 April, kami mengharapkan pergerakan di dalam channel yang dibatasi oleh 1.2248 dan 1.2480. Penurunan indikator Heiken Ashi akan menandakan akhir dari koreksi kenaikan di dalam tren penurunan.
Level support terdekat:
S1 - 1.2329
S2 - 1.2268
S3 - 1.2207
Level resistance terdekat:
R1 - 1.2390
R2 - 1.2451
R3 - 1.2512
Rekomendasi trading:
Pasangan GBP/USD mulai menyesuaikan diri pada timeframe 4 jam. Dengan demikian, trader disarankan untuk mempertimbangkan penjualan pound pada hari Senin dengan target di 1.2268 dan 1.2248, setelah reversal indikator Heiken Ashi ke bawah. Disarankan untuk mempertimbangkan pembelian mata uang Inggris setelah trader mencapai di atas moving average dengan target pertama Murray level di "4/8"-1.2451.