Serangan oleh drone kamikaze di kilang minyak terbesar dunia di Arab Saudi menyebabkan kenaikan harga minyak lebih dari 10% sejak hampir separuh kapasitas Saudi rusak.

Akan diperlukan satu minggu untuk pulih dan peristiwa ini adalah yang terbesar sejak Perang Teluk Persia pada 1990. Namun, reaksi pasar cukup terkendali. Sebagian besar expor minyak Arab Saudi dikirim ke Amerika Serikat, China, Jepang, dan Korea Selatan. Keempat negara tersebut memiliki cadangan minyak strategis signifikan, yang dapat memenuhi celah sementara dalam pasokan minyak. Secara global, permintaan minyak dapat melambat karena mendekatnya resesi dan akibat perang dagang, dan OPEC + juga menyatakan kekhawatiran terhadap kelebihan pasokan.

Emas sedikit menguat pada pembukaan sesi trading hari Senin. Dolar Kanada membuka trading dengan celah namun separuh celah telah dilikuidasi sebelum pukul 5.00 UTC. Sementara itu, Nikkei Jepang menguat lebih dari 1%, namun reaksi tersebut telah cukup diperkirakan. Kemungkinan besar, mata uang komoditas tidak akan dapat mendapat manfaat yang siginifikan dari kenaikan tajam harga minyak.

Kami juga perlu mempertimbangkan data ekonomi makro dari China yang lebih lemah dari prakiraan. Pada Senin pagi, diketahui bahwa pertumbuhan penjualan ritel pada bulan Agustus relatif melambat terhadap angka bulan Juli. Pertumbuhan produksi industri dan investasi di perekonomian urban juga di bawah prakiraan. Pertumbuhan China perlahan melambat, yang akan memengaruhi permintaan minyak. Oleh karena itu, pekan ini dimulai dengan peningkatan tensi.

Kami akan memperkirakan pembalikkan sentimen investor demi kenaikan permintaan aset defensif.

Pasangan NZD/USD

Sektor manufaktur Selandia Baru turun selama dua bulan berturut-turut. Tren negatif tersebut terakhir kali diamati tahun 2012.

Pesanan baru sub-indeks tersebut telah mencapai level terendah sejak Mei 2019, yang menandakan bahwa kami sebaiknya memperkirakan pertumbuhan PMI dalam beberapa bulan mendatang. Selama empat bulan berturut-turut, ketenagakerjaan turun dalam sektor ini, yang secara tidak langsung menandakan penurunan permintaan konsumen mendatang.

Sebelum rilis data PDB final pada hari Rabu, prakiraan memburuk dan kenaikan pada kuartal kedua diperkirakan melambat ke 0,4%. Dengan latar belakang ini, kemungkinan terdapat kenaikan sentimen anti-risiko yang membuat the kiwi berada di bawah tekanan.

Kemungkinan pertumbuhan pasangan NZD/USD dibatasi oleh resistance di 0.6406 dan peluang untuk bergerak lebih tinggi ke 0.6450 nampak lemah. Lebih besar kemungkinan pasangan ini akan turun ke support di 0.6368 dan terus mengembangkan tren menurun ke 0.6268.

AUDUSD pair

Indeks Kepercayaan Bisnis Australia NAB jatuh dari 4p ke 1p pada Agustus dan Indeks Kepercayaan Konsumen Westpac jatuh dari 3,6% ke -1,7%. Prakiraan inflasi pada bulan September jatuh dari 3,5% ke 3,1%.

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga melambat ke 1,4% y/y, sementara kontribusi utama terhadap pertumbuhan ini karena kenaikan belanja keperluan dasar. Warga Australia tengah mengencangkan sabuk lebih ketat dan bahkan untuk membuat lubang baru di ikat pinggang mereka terasa masih jauh, tren nampak jelas.

Bank-bank Australia bersama-sama mengubah prakiraan kebijakan moneter mereka. Secara khusus, laporan-laporan NAB dalam ulasan bulanan yang sebelumnya memperkirakan pemangkasan suku bunga ke 0,75% pada November dan peluncuran beberapa langkah stimulus moneter. Kini, diperkirakan terjadi penurunan ke 0,5% pada bulan Februari dan jika pemerintah tidak menyerahkan rencana insentif pajak, maka penurunan suku bunga ke 0,25% pada musim panas 2020 tidak dikecualikan dengan peluncuran simultan program luas langkah-langkah tidak konvensional.

Penurunan the Aussie tertahan oleh kenaikan tajam harga minyak, namun bahkan faktor ini jelas tidak cukup. Titik terendah pembukaan sepekan di 0.6367 dapat diperbarui dalam waktu dekat, setelah itu pergerakan ke support di 0.6267 akan dimulai. Faktor penurunan tensi dari dimulainya kembali negosiasi dagang antara COIF dan China tidak mungkin memberikan dukungan jangka panjang bagi dolar Australia.