Donald Trump telah lama merasa geram dengan fakta bahwa mahalnya dolar menutupi keunggulan kompetitif Amerika Serikat. Saat ini, para pakar dari bank-bank terkemuka dunia mencoba untuk membahas devaluasi mendatang mata uang AS. Mengingat cepatnya penurunan renminbi, kebutuhan untuk bertindak jelas tinggi.

Meskipun Bank of China menstabilkan yuan pada hari Kamis, menurut ahli strategi, ini tidak akan berlangsung lama. Memperbaiki arah dan fokus pada di sekitar pukul 7 adalah manuver yang mengganggu dan keinginan untuk mengalihkan pasar dari kepanikan. Penurunan dramatis renminbi tidak dapat dikesampingkan, Goldman Sachs meyakini. Risikonya adalah Pemerintahan AS akan merespon pada insiden semacam ini.

Para analis memiliki beberapa opsi untuk Washington melakukan intervensi mata uang terhadap dolar, termasuk yang paling ekstrim.

AS dapat melakukan intervensi valuta asing langsung dengan menjual dolar dan membeli mata uang seperti euro dan yen. Dampaknya akan kecil dan perlu koordinasi dengan Kongres. Oleh karena itu, presiden AS kemungkinan akan memanfaatkan kartu truf tersembunyi yang dengannya ia dapat langsung menyelesaikan masalah ESF ukuran kecil dan akan melakukannya tanpa persetujuan dari Kongres. Trump dapat menyatakan keadaan darurat intervensi mata uang, yang memaksa Fed untuk menjual dolar. Hal ini tentu saja, namun memiliki peluang kecil, namun mengingat bahwa Trump sebelumnya telah menyatakan keadaan darurat untuk meningkatkan pajak impor pada produk China, maka segalanya mungkin terjadi.

Dalam skenario ini, dolar akan jatuh juga karena sentimen dalam mata uang ini sebagai mata uang cadangan dunia akan turun. Bank-bank sentral dunia dan investor besar lainnya Treasury senilai $6 triliun pada neraca keuangan mereka akan mulai membuang sekuritas ini.

Kemungkinan retorika perang dari presiden AS adalah untuk membuat kesan negatif. Permintaan saat lelang untuk menempatkan obligasi negara melonjak naik dan turun, pangsa warga asing dalam pasar Treasury turun ke level terendah 15 tahun sebesar 40%. Pemberi pinjaman terbesar ke AS, yaitu China, membeli sangat sedikit Treasury. Jepang mengurangi posisinya dalam pangsa Treasury ke level terendahnya hampir dalam 20 tahun.

Terdapat analis, termasuk Goldman Sachs yang meragukan realita intervensi yang ditujukan untuk menurunkan nilai dolar. Amerika Serikat belum mengerahkan upaya untuk menurunkan nilai mata uang nasionalnya sejak 1985, keputusan untuk melakukannya sekarang akan terlihat aneh dan menakuti investor asing, sehingga menempatkan semua aset-aset domestim, mulai dari surat berharga hingga saham, dalam risiko.

Bagaimana jika inetervensi benar-benar terjadi?

Yen bersama dengan dolar Australia dan Singapura, serta won Korea, dapat menjadi target-target pembelian utama di kawasan Asia Pasifi. Yuan memiliki beban yang signifikan dalam indeks nilai tukar dolar yang efektif, namun AS secara politik akan malu untuk membeli sekuritas pemerintah China karena hubungan yang tidak baik.

AS dapat menjual dolar, sehingga memberikan tekanan pada ekonomi Asia lainnya untuk membatasi pelemahan mata uang mereka. Hal ini meliputi Malaysia dan Vietnam, yang dipantau oleh Treasury, serta Taiwan dan India yang mata uangnya dapat mempengaruhi nilai tukar efektif dolar.

The Bank of America mengakui bahwa intervensi valuta asing dapat berhasil. Akhirnya, ini tidak akan menghasilkan tujuan yang diinginkan, selain itu, akan bertentangan dengan kepentingan Amerika Serikat.